Studi Kasus Terhadap Jalur Lempeng Api di Indonesia.....!!!
“Pada saat ini banyak terjadi gempa-gempa dan bencana lainnya di Indonesia sebagian besar bencana itu merupakan akibat dari adanya sebuah jalur lempeng api yang menyebar dan membentuk sebuah jalur yang ternyata jalur cincin api (ring of fire) tersebut melewati sebaian pulau dan kepulauan di Indonesia, melalui pernyataan demikian bagaimana kita menanggapi sebagai orang balikpapan yang bertempat tinggal di Kalimantann Timur, Indonesia akan adanya jalur Cincin api tersebut. Dalam pikiran pastilah kita bertanya-tanya apakah bencana yang sering menimpa itu akan menimpa beberapa daerah di Kalimantan khususnya Kalimantan Timur, lalu bagaimana dengan potensi akan adanya bencana alam akibat adanya jalur lempeng api tersebut. Selanjutnya seberapa besarkah potensi akan terjadinya bencana alam akibat adanya jalur cincin api tersebut”
Dari permasalahan di atas untuk menyelesaikan beberapa tanda tanya yang ada maka kita harus memiliki data yang akurat akan adanya potensi bencana tersebut di Kalimantan Timur serta seberapa besar potensi akan terjadinya bencana alam akibat jalur cincin api (ring of fire) yang melewati sebagian wilayah di Indonesia tersebut, serta seberapa parahkah apabila bencana alam itu terjadi di sekitar wilayah Kalimantan Timur.
Dalam hal ini saya sudah mencari berbagai informasi mengenai adanya potensi bencana alam atau imbas dari Jalur Cincin Api yang bisa terjadi di sekitar daerah Kalimantan Timur melalui data-data yang telah saya kumpulkan dari situs resmi BMKG serta data yang berasal dari BMKG Daerah Kalimantan Timur sendiri secara langsung melalui kunjungan yang saya bersama teman-teman lakukan beberapa hari yang lalu guna mencari informasi secara akurat mengenai potensi bencana alam tersebut.
Data-data yang kami peroleh dalam makalah ini bukanlah hasil dari karangan semata ataupun mengada-ada akan kebenarannya, apabila suatu saat anda membaca makalah ini serta menemukan kejanggalan dari penyusunan serta data-datanya maka akan menjadi pertimbangan guna memperbaiki kualitas dari penyusunan makalah ini ke depannya. Jika permasalahan ada pada kepercayaan data-data yang saya peroleh maka anda dapat secara langsung mengunjungi kantor BMKG Kalimantan Timur yang mengetahui akan kebenaran dari data-data yang telah saya peroleh dalam makalah ini.
Berikut ini merupakan pembahasan mengenai potensi bencana alam yang akan terjadi karena adanya jalur cincin api (ring of fire) di Indonesia, serta seberapa besar tingkat keparahan bencana alam tersebut dapat terjadi, dan bagaimana kita sebagai masyarakat Kalimantan Timur yang menginginkan keamanan bertempat tinggal di Kalimantan Timur khususnya Kota Balikpapan
Berikut pembahasannya
Cincin Api Pasifik
Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge
Daerah cakupan
Beberapa daratan dan lautan yang membentuk Lingkaran Api Pasifik (dari arah barat daya, berlawanan arah jarum jam):
Filipina
Jepang
Alaska
Meksiko
Kolombia
Ekuador
Peru
Cincin api dan fenomenanya
Ibarat bagian tangan, negara kita: Indonesia adalah jari manis yang dilingkari sebuah cincin. Bedanya ini bukan cincin biasa, cincin ini ibarat punya azimat’ yang terkadang nampak indah dari kejauhan dan menunjukkan sikap kerendahan sang alam, namun terkadang acap kali memuntahkan isi perutnya; yang bisa membinasakan makhluk hidup disekitarnya dalam seketika, meluluhlantakkan bagian alam dari negeri ini yang mampu berubah jadi cincin bencana. maka dari itu si zamrud khatulistiwa harus selalu bersiap menghadapi bencana.Namun dibalik semua muntahan cincin api itu,ada hikmahnya yaitu; menjadikan alam raya nusantara menjadi subur.itulah kuasa tuhan.
namun juga dapat dipandang dari sisi geografi/alam,topografi,Meteorologi dan Geofisika. yaitu:
Cincin Api Pasifik adalah gugusan gunung berapi di kawasan Paisfik yang melewati wilayah Indonesia, sehingga membuat wilayah ini rawan letusan vulkanik dan gempa bumi. Cincin Api Pasifik berbentuk seperti tapal kuda mengelilingi cekungan samudera pasifik dengan panjang jalur kurang lebih 40.000 km. Tercatat, sekitar 90 persen kejadian gempa bumi di seluruh dunia terjadi di Cincin Api Pasifik. Dan sekitar 81 persen gempa di jalur Cincin Api Pasifik merupakan gempa terbesar di dunia.
Jalur Cincin Api Pasifik meneyebabkan terdapatnya sekitar 400 gunung api di Indonesia, dengan 130 diantaranya merupakan gunung api dengan status aktif. Dengan banyaknya gunung api tersebut membuat tanah Indonesia subur, dan juga kaya akan mineral berharga. Namun di balik semua itu, bumi indonesia menyimpan bencana yang sewaktu waktu terjadi, baik dari letusan vulkanik gunung api maupun gempa bumi.Cincin api Pasifik atau lingkaran api Pasifik itu merupakan daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudera Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km dan sering pula disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Diketahui sekitar 90 persen gempa bumi yang terjadi di dunia, sebanyak 81 persen di antaranya yang terbesar terjadi di sepanjang cincin api Pasifik. Daerah gempa berikutnya (5-6 persen dari seluruh gempa dan 17 persen dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania, hingga ke Atlantika. Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge
Dari sebanyak 129 gunung api di Indonesia atau 13 persen dari seluruh gunung api di dunia, terbentang dari pulau Sumatera menyusuri pulau Jawa kemudian menyeberang ke Bali, Nusa Tenggara hingga bagian timur Maluku dan berbelok ke utara pulau Sulawesi.
Atau menurut pakar ahli dibidangnya menyebutkan bahwa cincin api melingkari Kepulauan Indonesia sehingga dikenal dengan sebutan lingkaran api (The Ring of Fire) Indonesia, atau jalur tektonik Indonesia, tegas Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi, Dr Surono, Senin (25/2/2010). dan gunung merapi termasuk didalamnya.
Banyaknya gunung api di Indonesia, karena negara kepulauan ini tercabik-cabik oleh keberadaan pusat hiruk-pikuk tiga lempeng tektonik (tectonic plate), yang saling bertabrakan yaitu: Masing-masing lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, tumbukan ketiga lempeng tersebut pada akhirnya membentuk rangkaian gunung api di Indonesia.Akibat benturan ketiga lempeng itu, menyebabkan retaknya beberapa bagian pada kerak bumi, selain menimbulkan panas yang memproduksi batuan cair (magma).Melalui retakan-retakan yang terbentuk, sekaligus sebagai bidang lemah, magma terdorong naik dan membentuk kerucut-kerucut gunungapi.
Sehingga kepulauan Indonesia dihimpit oleh dua pergerakan, terdiri ke utara dan ke barat dengan kecepatan berkisar 4-6 cm per tahun, maka lempeng yang berbenturan tersebut menunjang tepat di bawah kepulauan Indonesia dan memberi peluang kepada magma merayap naik, persis diatas Nusantara dan membentuk banyak pulau, karena Di bagian utara terdapat lempeng yang ketiga, lempeng Eurasia yang menahan himpitan tersebut sehingga Nusantara berada dalam lingkaran pertarungan tiga lempeng besar dunia.
Gunung berapi di Indonesia adalah yang terakftif diantara tempat lainnya yang termasuk dalam Ring Api Pasifik. Mereka terbentuk dari daerah sub bagian antara lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Beberapa dari gunung berapi mencatatkan letusannya, misal, Krakatau yang meberikan efek global pada 1883, Danau Toba untuk letusan supervolcanic yang diperkirakan terjadi pada 74000SM yang bertanggung jawab atas 6 tahun musim dingin, dan Gunung Tambora yang merupakan letusan tersadis yang tercatat dalam sejarah di tahun 1815.
Gunung berapi paling aktif adalah Kelud dan Merapi di Pulau Jawa yang telah membunuh ribuan penduduk di sekitarnya. Sejak tahun 1000, Kelud telah meletus 30 kali, dimana yang terbesar dengan skala 5 dalam Index Letusan Gunung Berapi, di saat Merapi meletus lebih dari 80 kali. The International Association of Volcanology and Chemistry menjulukki Merapi sebagai gunung berapi 10 tahunan sejak 1995 atas tingginya aktifitas gunung berapi ini, yang tahun lalu pun meletus,,, hingga menewaskan banyak korban,termasuk si penjaga kunci merapi; kuncen mbah maridjan.
Balikpapan Kini Masuk Kawasan Zona Merah
KOTA Balikpapan yang terkenal sebagai kota minyak di Kalimantan Timur, oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimasukkan sebagai salah satu daerah di Indonesia yang berada di kawasan rawan bencana atau zona merah.
Menurut Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Balikpapan Suryanto, Kota Balikpapan rawan mengalami bencana gempa bumi dan tsunami atau gelombang pasang.
"Informasinya seperti itu. Balikpapan masuk zona merah," katanya di Balikpapan seperti dilansir ANTARA, Selasa (19/03).
Masuknya Kota Balikpapan sebagai salah satu daerah rawan bencana karena terjadi perubahan iklim dan struktur geologi. "Katanya itu yang menyebabkan mereka menetapkan Balikpapan masuk zona merah," ucapnya.
Padahal, kata Suryanto, para pakar dan tim ahli termasuk Badan Meteorologi dan Geofisika maupun BNPB, kerap kali mengatakan, bahwa Balikpapan bebas bencana dan tidak masuk daerah yang dipetakan rawan bencana. "Atas dasar itu kemudian DPRD dan Pemkot Balikpapan kemudian mempertanyakan, mengapa bisa Balikpapan kini disebut masuk daerah zona merah, apa mungkin karena kita berada di pesisir," imbuhnya.
Padahal, kata Suryanto, selama ini Balikpapan hanya terkena efek dari terjadinya bencana di Sulawesi, seperti di Makassar. "Di Makassar ada tsunami, misalnya, maka Balikpapan mendapat dampak kecil," kata Suryanto.
Karenanya Pemkot Balikpapan kemudian mengutus Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran (BPBK) Kota Balikpapan untuk menanyakan soal informasi tersebut langsung ke BNPB.
"Jadi kita sudah minta pertanggungjawaban dari BNPB langsung ke Deputi I, semacam minta penjelasannya," jelas Suryanto.
Di samping itu, dengan dimasukkan ke dalam zona merah, maka akan berimplikasi kepada anggaran. Padang, Sumatera Barat, misalnya, masuk zona merah maka mendapat berbagai bantuan dari Pemerintah Pusat.
"Kalau digolongkan demikian, kita juga harusnya seperti itu, mendapat bantuan," tuturnya.
Sejauh ini, kata Suryanto, BNPB menyarankan Pemkot Balikpapan untuk menginvetarisasi sumber-sumber bencana, kemudian dicari potensinya penyebabnya dan tindakan apa yang dilakukan bila terjadi.
"Dari inventarisasi itu, yang terjadi di Balikpapan ya angin puting beliung, tanah longsor, kebakaran, banjir, memang hanya itu terjadi di sini," kata Suryanto lagi.
Pihaknya, kata Suryanto, akan kembali mengkaji, terkait Balikpapan yang kini masuk zona rawan bencana itu.
"Kami akan undang lagi para pakar untuk mengetahui, apakah memang benar seperti yang dikatakan BNPB itu. Kita akan waspada," tuturnya.
Di samping itu, kata Suryanto, masuknya Balikpapan sebagai daerah rawan bencana juga akan berdampak pada iklim investasi karena dipastikan bakal menjadi pertimbangan para investor.
Alasan Kalimantan Relatif Aman dari Ancaman Gempa
TEMPO.CO , Jakarta - Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia Rovicky Dwi Putrohari mengatakan, pulau teraman dari gempa di Indonesia saat ini adalah pulau Kalimantan. “Kalau tidak mau kena gempa, di Kalimantan saja,” katanya di Kantor Hess Indonesia, Jakarta, pada Rabu 18 April 2012.
Berbeda dengan pulau-pulau besar di Indonesia lain, Kalimantan tidak berdekatan dengan tubrukan lempengan yang menyebabkan gempa. Sebagai contoh, Sumatera dan Jawa. Dua pulau ini menjadi tempat dua petak tanah raksasa bertemu. Akibatnya, akhir-akhir ini sering terkena gempa karena sekitar 200 kilometer di lepas pantai barat pulau Sumatera dan Jawa.
Pertemuan lempengan tak terlihat mata karena tenggelam di bawah Samudera Hindia. Dua petak tanah tersebut adalah lempeng Eurasia yang berada di utara ditabrak oleh lempeng Indo-Australia yang berada di selatan.
Selanjutnya pada Indonesia bagian timur, dua lempeng tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng Samudra Pasifik dari arah timur. Salah satu korban paling parah dari tubrukan tiga lempeng ini adalah Pulau Sulawesi. Di sebelah utara Papua juga terbentuk zona penunjaman akibat tubrukan Lempeng Samudra Pasifik terhadap Lempeng India-Australia.
Pada bagian kepala burung, Papua, juga terbentuk sesar (patahan di permukaan bumi) mendatar yang dikenal dengan nama Sesar Sorong. “Jadi Indonesia daerah Barat dan Timur adalah zona gempa semua, kecuali sekitar Kalimantan,” kata konsultan beberapa perusahaan minyak ini.
Menurut Rovicky, pusat gempa dapat berasal dari laut dan juga dari darat. Hal itu disebabkan karena terjadinya pergeseran lempeng yang terjadi kira-kira 7-10 sentimeter per tahunnya.
Pergeseran lempeng di daerah laut dapat mengakibatkan goncangan dan pergeseran tanah di darat. Karena tidak ada tubrukan lempeng di lautnya, maka gempa yang kemungkinan terjadi di daratan Kalimantan pun hanya sedikit. “Gempa tektoniknya Kalimantan itu pasif, kalau yang lain aktif,” katanya.
Jenis Gempa Bumi
Jenis gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan:
Berdasarkan Penyebab
Gempa bumi tektonik : Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
Gempa bumi tumbukan : Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis gempa Bumi ini jarang terjadi
Gempa bumi runtuhan : Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
Gempa bumi buatan : Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
Gempa bumi vulkanik (gunung api) : Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
Berdasarkan Kedalaman
Gempa bumi dalam : Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
Gempa bumi menengah : Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
Gempa bumi dangkal : Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Berdasarkan Gelombang/Getaran Gempa
Gelombang Primer : Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.
Gelombang Sekunder : Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
Penyebab terjadinya gempa Bumi
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Penyebab terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami
Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Sistem Peringatan Dini
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atau permukaan laut yang terhubung dengan satelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawaii pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
Balikpapan Masuk Daerah Rawan Bencana Tsunami
Jurnas.com | BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai, Kota Balikpapan kini menjadi salah satu daerah yang rawan terjadinya bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami atau daerah yang masuk zona merah. “Informasinya seperti itu, Balikpapan disebut masuh daerah zona merah yang rawan bencana gempa dan tsunami,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Balikpapan, Suryanto, kepada Jurnal Nasional usai coffee morning, Senin (18/3).
Masuknya Kota Balikpapan sebagai salah satu daerah rawan bencana, dikarenakan seringnya terjadi perubahan iklim dan struktur geologi-nya. “Katanya itu yang menyebabkan mereka menetapkan Balikpapan masuk zona merah,” ucapnya.
Padahal, kata dia, para pakar dan tim ahli, termasuk Badan Meteorologi dan Geofisikan maupun BNPB, kerap kali mengatakan, bahwa Balikpapan bebas bencana dan tidak masuk daerah yang dipetakan rawan bencana.
“Atas dasar itu, kemudian DPRD dan Pemkot Balikpapan kemudian mempertanyakan, mengapa bisa Balikpapan kini disebut masuk daerah zona merah, apa mungkin karena kita berada di pesisir,” imbuhnya.
Padahal, kata Suryanto, Balikpapan hanya bisa terkena efek dari terjadinya bencana di Sulawesi, seperti di Makassar. “Balikpapan satu-satunya yang bisa berdampak kecil, apabila di Sulawesi terjadi tsunami di Makassar, kemudian berefek kecil di Balikpapan,” bebernya.
Karenanya, Pemkot Balikpapan kemudian mengutus Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran (BPBK) Kota Balikpapan untuk menanyakan soal informasi tersebut langsung ke BNPB. “Jadi kita sudah minta pertanggungjawaban dari BNPB langsung ke Deputi I, semacam penjelasannya,” ucapnya.
Disamping itu, jika disebut masuk zona merah, tentu Balikpapan mendapat bantuan dari Pemerintah Pusat. “Seperti Padang kan, mereka masuk zona merah mendapat berbagai bantuan, seperti membangun penangkal tsunami, kita juga harusnya seperti itu,” tuturnya.
Sejauh ini, kata Suryanto, BNPB menyarankan Pemkot Balikpapan untuk menginvetarisir sumber-sumber bencana, kemudian dicari potensinya, penyebabnya, apa tindakannya yang dilakukan,bila terjadi. “Tapi kan invetarisir kita masih sebatas angin putting beliung, tanah longsor, banjir, karena memang hanya itu yang kita anggap yang terjadi disini,” bebernya.
Pihaknya, kata Suryanto, akan kembali mengkaji, terkait Balikpapan yang kini masuk zona rawan bencana itu. “Kita akan undang lagi para pakar, untuk mengetahui, apakah memang benar seperti yang dikatakan BNPB itu, karena itu kan waspada,” tuturnya.
Disamping itu, masuknya Balikpapan sebagai daerah rawan bencana juga akan berdampak pada iklim investasi. “Ini yang kita khawatirkan, tentu kan yang mau investasi juga berpikir, makanya kita harus benar-benar kaji atas informasi itu,” pungkasnya.
Balikpapan Ternyata Tak Aman dari Tsunami
Senin, 18 Maret 2013
Balikpapan - Stigma kota Balikpapan yang selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah yang relatif aman dari tsunami dan gempa bumi pupus sudah, seiring dengan penetapan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai salah satu daerah yang rawan dari bencana alam.
Kabar mengejutkan dari lembaga Pemerintah itu didapat setelah beberapa anggota dewan dan perwakilan dari Pemerintah kota berkunjung ke kantor BNPB pekan lalu.
Kepala Bapedda Kota Balikpapan Suryanto yang ikut serta dalam kunjungan tersebut mengungkapkan beberapa hal mendasari penetapan dari BNPB mengapa kemudian Balikpapan dimasukan dalam peta rawan bencana di Indonesia.
Salah satunya berkaitan dengan perubahan iklim dan struktur geologi yang menyebabkan terjadinya sedikit pergeseran lempeng bumi sehingga diwaktu-wakatu kedepan wilayah ini juga bisa terkena dampak langsung bencana alam seperti tsunami.
"Wajar kalau dewan dan eksekutif ingin mencari apa yang menjadi pertimbangan ternyata memang mereka menetapkan dari perubahan iklim, struktur geoelogi dan sebagainya pokoknya agak teknis sehingga memutuskan Balikpapan ini rawan bencana," katanya.
Keluarnya penetapan ini tentu saja cukup mengejutkan, pasalnya meski wilayahnya dilewati oleh garis pantai, Balikpapan dianggap cukup aman dari aktivitas gunung berapi termasuk gempa bumi dan tsunami.
Kondisi itu juga diperkuat oleh pendapat para ahli seperti dari ITB yang juga menyebutkan pulau Kalimantan termasuk Balikpapan didalamnya termasuk aman dari bencan alam yang disebakan oleh aktivitasgeologi dan vulkanologi.
Kalimantan Tidak Punya Sirine Peringatan Tsunami
Kendati demikian, berdasarkan peta daerah potensial terkena tsunami yang dipaparkan Budi, Balikpapan dan wilayah pesisir Kalimantan Timur hingga ke Kalimantan Utara dan sebagian Kalimantan Selatan, masuk dalam daerah potensial terkena tsunami.
Budi menjelaskan, tsunami terjadi akibat gempa bumi di dasar laut yang menyebabkan patahan naik atau turun di dasar laut. Namun, tidak semua gempa bumi di dasar laut mengakibatkan tsunami. “Potensi tsunami belum tentu terjadi tsunami,” ujarnya.
Untuk memastikan potensi tsunami, dilakukan pengamatan muka laut menggunakan alat tide gauge dan GPS Buoy. Namun, sebelumnya, BMKG sudah menjalankan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia agar masyarakat mewaspadai potensi tsunami. Selain menggunakan seluruh media informasi untuk memberikan peringatan dini, perangkat peringatan dini di daerah potensi tsunami adalah sirine.
Sirine peringatan tsunami di Indonesia baru 28 yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Hanya daerah di Kalimantan yang belum memiliki sirine peringatan dini tsunami. Sirine tsunami umumnya dibangun oleh pemerintah daerah setempat. Di 2012 ada 3 daerah yang membangun sirine tsunami diantaranya, Labuhan, Lampung dan Mataram.
Kendati Balikpapan dan Kalimantan umumnya tidak rawan tsunami, UPT BMKG Kalimantan Timur yang berlokasi di Balikpapan dapat memantau potensi gempa bumi dan tsunami di Indonesia.
Data BMKG mengenai potensi Bencana di Indonesia
Daftar Pustaka
http://www.tempo.co/read/news/2012/04/18/095398064/Alasan-Kalimantan-Relatif-Aman-dari-Ancaman-Gempa