Welcome to My Website

Senin, 01 Oktober 2012

ALADIN STORY

Tersebutlah di suatu masa, hiduplah seorang pemuda miskin yang bernama Aladin. (eh, pembukanya kok biasa aja ya, kalo gitu diganti aja deh….)
Ceritanya, duluuuu sekali ada seorang pemuda yang sangat miskin yang bernama Aladin. Nama lengkapnya Alexander Ahmad Steven Lionheart Alimuddin disingkat Aladin (Mohon maaf jika ada kesamaan nama, ini hanya kebetulan saja penulisnya lagi males mikir nama yang pas .Red), Sebegitu miskinnya, sampai baju yang dipakainya pun cuma tinggal yang melekat di badannya saja yakni satu setel jas dan dasi yang udah butuut banget.
Suatu hari Aladin pulang dari berdagang di kota sebelah. Tapi sialnya uang dan seluruh hartanya habis, karena dirampok dan karena kebanyakan main game multiplayer. Sampai-sampai Aladin terpaksa menggadaikan Abu, monyetnya, hanya untuk beli aqua botolan.
Di tengah perjalanan, ia harus menyusuri sebuah gurun pasir yang sangat ganas, yang ganasnya mampu membuat anak kecil yang menangis pun menjadi diam (?). Karena jaraknya masih jauh, dan Aladin butuh tumpangan, ia pun terpaksa merelakan uangnya yang terakhir, sekeping lima ratusan untuk menelpon supir pribadinya. Setelah cari-cari telepon umum, akhirnya ketemu juga. Sialnya, waktu mau memasukkan koin lima ratusan itu ke dalam telepon umum, koin itu jatuh dari sakunya dan menggelinding jauh.
Aladin yang kaget tersadar. Segera dikejarnya koin lima ratusan yang menggelinding itu dengan semangat empat lima. Baginya, koin lima ratusan yang terakhir itu adalah penyambung hidupnya.
Koin lima ratusan itu terus menggelinding, dan Aladin tetap saja mengejar. Melewati lembah dan gunung, bermandi peluh dan keringat, didera lapar dan dahaga, diterpa hujan dan badai, disengat panas yang membara, semangat Alexander Ahmad Steven Lionheart Alimuddin alias Aladin tak pernah padam. Baginya lebih baik ia mendapatkan koin itu untuk menelpon supir pribadinya daripada harus dibuat main Arcade (loh, apa hubungannya?)
Sampai akhirnya, sampailah ia di depan sebuah gua tak bertuan (ada tulisan “GUA TAK BERTUAN” gede di atasnya, diterangi lampu disko. Red) Koin itu menggelinding jauh masuk ke dalam gua yang gelap. Namun Alexander Ahmad Steven Lionheart Alimuddin (alias Aladin) bukanlah seseorang yang penakut. Ia pernah menakklukkan sepuluh ekor…. kecoa sendirian dengan sekali semprot (semprot?). Tanpa mempedulikan dirinya sendiri, ia berjalan dengan gagah berani memasuki gua yang gelap itu.
“Aduh saklar lampunya mana sih??!” (di gua mana ada saklar lampu?) seru Aladin sambil sesekali terantuk batuan stalaktit dan stalakmit gua yang tersusun dari batuan kapur yang setiap tahun sekali selalu memanjang karena perubahan struktur kapur disebabkan rembesan air dari bagian atas gua. Walau begitu ia masih bisa melihat kilauan koin lima ratusannya, berpendar dalam kegelapan, menggelinding makin jauh masuk ke dalam.
Sampai suatu saat koin yang menggelinding itu tiba-tiba terantuk sesuatu yang berkilauan. Aladin begitu amat sangat terkejut, karena tiba-tiba ia berada dalam sebuah ruangan gua yang luas dan terang. Sehingga ia bisa melihat benda yang telah menghalangi koinnya untuk tetap maju.
“Eeehhh…. ini kan…” Dipungutnya sebuah benda seperti lampu pelita tua dalam cerita-cerita ‘Aladin dan Jin Lampu’ itu dan dipandanginya baik-baik.
“Ini kan pispot (pispot?), siapa sih yang kurang kerjaan, naruh pispot di sini” Aladin kesal. Ditendangnya pispot itu jauh-jauh dan dipungutnya koin lima ratusannya di tanah. Koin itu dimasukkan nya dalam sebuah kantung kulit yang diikat erat-erat. Kantung kulit itu kemudan dimasukkan ke dalam sebuah safety box portabel yang memiliki nomer kombinasi digital yang tersusun atas 10 kombinasi angka dan huruf. Belum lagi sistem pengamanannya yang dilengkapi dengan access restriction untuk user selain root group. Sehingga hanya hacker professional saja yang bisa menjebol passwordnya.
Saat akan beranjak dari situ, tiba-tiba dari belakangnya muncullah asap keperakan yang disusul suara ledakan seperti ledakan mercon. Waktu Aladin menoleh, di belakangnya berdirilah sesosok tubuh yang mengerikan. Wajahnya hitam, tubuhnya besar, lebih besar sedikit dari badak dan lebih kecil sedikit dari anaknya gajah. Matanya melotot merah seperti mata orang yang kurang tidur. Taringnya tajam dan ada sedikit bekas darah segar di situ (Lho iya, ini kan jin, bukan drakula, kalau gitu taringnya gak jadi deh. Red). Ia mengenakan setelan jas armani yang sudah sobek-sobek. Matanya yang melotot memandangi Aladin tajam-tajam. Aladin merasa ngeri.
“S..SSSiapa KK..Kamu??” Gemetar suara Aladin bertanya pada sosok sangar di depannya.
Sosok sangar itu menjawab dengan suara berat yang mengerikan “HMMMM…… AKU ADALAH BLACK GENIE, JIN PENGHUNI LAMPU AJAIB YANG TELAH DIKURUNG SELAMA SERIBU TAHUN HMMMM……”
“B..Black Genie?? Oh… pantas…” Gemetar suara Aladin lagi.
“HMMM…… APA?!” Seru sang jin merasa terhina (padahal aslinya kan emang begitu)
“Eh bukan… maksudku…..maksudku kamu apanya Black Cannibal?” Aladin bertanya takut-takut.
“HMMMM…….. BLACK CANNIBAL ITU…. ADALAH SAUDARANYA ANAK KEPONAKAN CUCU PAMAN NENEK BAPAKKU MUHAHAHAHA HMMM….”
“Ketawanya jelek banget” Kata Aladin setengah berbisik.
“HMM……APA?!” Seru sang Jin lagi, kini ia benar-benar marah. “ENAK AJA KAMU BILANG KETAWAKU JELEK!! AKU DULU PEMENANG KONTES KETAWA TINGKAT KECAMATAN DI ALAM JIN!! AKAN KUHUKUM KAMU KARENA TELAH MENENDANG LAMPU TEMPAT AKU DIKURUNG!! Dan karena bilang ketawaku jelek hmmm……”
“T..Tunggu Om Jin…. Kukira itu bukan lampu, tapi pispot…. m…maaf.. soalnya mirip sih” jawab Aladin makin ketakutan.
“EEEENAK AJA!!! INI LAGI!! MALAH BILANG LAMPUKU KAYAK PISPOT!! HUKUMANMU AKAN KUPERBERAT 100.000 KALI DIKUADRATKAN EMPAT KALI !! Eh terus jadinya berapa ya?”
“10.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000, Om Jin…” jawab Aladin lagi
“OH IYA BENAR, PINTER JUGA KAMU. JADI KAMU AKAN KUHUKUM SEBANYAK ITU!! HMMMM……!!!!” Suara jin kembali menggelegar.
“J..jangan Om Jin… bukankah biasanya Jin kalau dibebaskan dari Lampu akan memberi 3 buah permintaan” Aladin memohon lagi.
“MAUNYA BEGITU BEGO!! TAPI KARENA KAMU TELAH MEMPERLAKUKAN PISPOT… EH LAMPUKU DENGAN TIDAK SOPAN, AKU JUSTRU AKAN MENGHUKUM KAMU!!! BERSIAPLAH TERIMA HUKUMANKU!!!” Gelegar Black Genie menggetarkan seisi gua.
Tak dinyana, teriakan Jin yang terakhir begitu kuat sehingga menggetarkan dinding gua. Sedetik kemudian tiba-tiba dinding gua retak dan runtuh. Batu-batu patahan stalaktit dan stalakmit berjatuhan. Aladin benar-benar ketakutan. Ia berlarian ke sana kemari menghindari jatuhan batu-batu di mana-mana.
“Toloooooong….. tolooooongg…. selamatkan sayaaaa…. Saya nggak bisa berenaaangg!!!” Aladin kaget , yang barusan teriak seperti itu ternyata si Jin. Dilihatnya Si Jin begitu ketakutan sambil nangis-nangis, menghindari reruntuhan. Warna hitam di kulit wajahnya langsung luntur seketika (??).
Namun Aladin adalah anak yang baik hati, berhati mulia dan rajin menabung sehingga hatinya tak tega melihat si Jin ketakutan. Segera ditolongnya si Jin untuk bersama-sama keluar dari gua. Sementara itu suasana bertambah gawat, Reruntuhan itu telah memicu bom waktu yang dipasang di setiap sudut di dalam gua. Sehingga Aladin, sambil menggendong si Jin, harus berpacu dengan reruntuhan dan api ledakan yang susul menyusul mengejar di belakangnya (keren jeh….. =p. Red).
BUMMM!!! Gua itu tertimbun bebatuan dan tertutup untuk selamanya. Sementara itu Aladin dan Jin telah berhasil keluar gua dengan selamat. Jin yang merasa berhutang budi kepada Aladin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Aladin karena mengira Aladin adalah orang jahat. Sebagai balasan atas pertolongan Aladin, ia bermaksud memberi Aladin sebuah liburan gratis di Grand Hyatt Hotel Bali selama 3 hari 2 malam, ditambah akomodasi dan jemputan, tak lupa hadiah dari jackpot sebesar Rp. 7.500.025,00 kontan. Namun Aladin menolak.
“Aku tak mungkin menerima hadiah seperti ini” Seru Aladin. “Menolong sesama adalah kewajiban setiap umat manusia, dan lagi Aku menolongmu tanpa pamrih. Apa jadinya jika setiap orang meminta balasan atas apa yang telah dilakukannya kepada orang lain. Kau harus tahu, orang seperti itu tak ada bedanya dengan penjahat kelas kakap yang tahunya hanya uang dan uang. Pernah sekali aku bertemu dengan seseorang yang kelihatannya ramah di luar namun sebenarnya ia selalu menjelek-jelekkanku di belakang. Akan jadi apa dunia ini jika dipenuhi oleh orang-orang seperti itu. Semua hanya diliputi kepalsuan…. bla…bla….bla…bla ” Aladin berkata panjang kali lebar.
“M..maaf Tuan Aladin, tapi saya tak mungkin hidup dengan mengetahui bahwa saya telah berhutang nyawa kepada orang lain. Tak seorang pun mampu menahan penderitaan batin seperti itu, bahkan artis sinetron sekalipun” Ujar Black Genie, matanya berkaca-kaca menyiratkan perasaan yang mendalam.
…………………………………………………………………………………………………….
(Setelah itu Aladin dan Black Genie masih terus berdebat sampai sekitar 7 jam kemudian)
Akhirnya Aladin menyerah. Setelah bargaining dengan si Jin, ia pun akhirnya menerima pemberian Jin, yakni empat keping lima ratusan. Walau hati kecilnya menolak, namun pikirnya, “Lumayan lah bisa buat main Arcade”
Dan Aladin pun kembali ke telepon umum untuk kembali menelpon sopir pribadinya. Sementara sang Jin kembali ke dalam lampu dan hidup damai sentosa bahagia selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar