Welcome to My Website

Senin, 02 Maret 2015

Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan/terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada kenyataannya batuan hasil kegiatan gunung api dapat berupa aliran lava sebagaimana diklasifikasikandalam batuan beku atau berupa produk ledakan/eksplorasi dari material yang bersifat padat, cair, ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.

Komposisi Penyusun Batuan Piroklastik

Fisher, 1984 dan William, 1982 mengelompokkan material-material penyusun batuan piroklastik menjadi :
A. Kelompok Material Esensial (Juventil)

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung dari magma yang diletuskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih magma. Massa yang tadinya berupa padatan akan menjadi biok piroklastik, massa cairan akan segera membeku selama diletuskan dan cenderung membentuk bom piroklastik dan buih magma akan menjadi batuan yang porous dan sangat ringan, dikenal dengan batuapung.

B. Kelompok Material Asesori (Cognate)

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bila materialnya berasal dari endapan letusan sebelumnya dari gunung api yang sama atau tubuh vulkanik yang lebih tua.

C. Kelompok Asidental

Yang dimaksud dengan material asidental adalah material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua dibaewah gunung api tersebut, terutama adalah batuan dingin disekitar leher volkanik. Batuannya dapat berupa batuan beku, endapan maupun batuan ubahan.
Struktur Batuan Piroklastik

Seperti halnya batuan volkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai struktur vesikuler, skoria dan amygdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke udara dan kemudian terendapkan dalam kondisi masih panas, berkecenderungan mengalami pengelasan antara klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau welded. Struktur – struktur graded bedding : berlapis sebagai mana terdapat dalam sedimen juga umum didapatkan dalam batuan piroklastik. Oleh karena itu secara deskriptif batuan piroklastik dimasukkan dalam batuan endapan atau sedimen.

Tekstur Batuan Piroklastik

1. Ukuran Butir pada Piroklastik

Ada empat penggolongan ukuran butir pada piroklastik :
Ukran butir (mm)
Nama klastika pijarnya
Keterangan

64
Bom
Membulat
Blok
Meruncing
2
Lapilus


0,04

debu
Kasar

Halus


Ukuran butir pada piroklastik tersebut merupakan salah satu kriteria untuk menamai batuan piroklastika tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastika tersebut. Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik. Pengendapan yang dikarenakan gaya beratnya dikenal dengan piroklastika jatuhan. Jenis piroklastika ini umum terjadi disetiap gunung berapi. Struktur dan teksturnya menyerupai batuan endapan. Dua kelompok piroklastika yang lain adalah piroklastika aliran dan piroklastik hembusan.

2. Derajat Pembundaran (Roundness)

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi :

· Membundar Sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan cembung (equidimensional).

· Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung dan tepu butiran cekung.

· Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar.

· Agak Menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang tajam.

· Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan tajam.

3. Derajat Pemilahan (Sorting)

Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan endapan / sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sbb :

· Terpilah Baik (Well Sorted), kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.

· Terpilah Buruk (Poorly Sorted), kenampakan pada batuan sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah.

· Selain dua pengelompokkan tersebut adakalanya seorang peneliti menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.

Komposisi Mineral Batuan Piroklastik

A. Mineral – mineral Sialis

Mineral – mineral sialis terdiri dari :

1. Kuarsa (SiO2), ditemukan hanya pada batuan gunung api yang kaya kandungan silika atau bersifat asam.

2. Feldspar, baik alkali maupun kalsium feldspar (Ca)

3. Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi lautan magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh silika.

B. Mineral Ferromagnesia

Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silika yang kadang – kadang disusul oleh Ca silika. Mineral tersebut hadir berupa kelompok mineral :

1. Piroksen, mineral penting dalam batuan gunung api

2. Olivin, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin silika.

3. Hornblende, biasanya hadir dalam andesit

4. Biotit, merupakan mineral mika yang terdapat dalam batuan vulkanik berkomposisi intermediet hingga asam.

C. Mineral Tambahan

Yang sering hadir adalah ilmenit dan magnetit. Keduanya merupakan mineral bijih. Selain itu sering kali didapati mineral senyawa sulfida atau sulfur murni.

D. Mineral Ubahan

Dalam batuan piroklastik mineral ubahan sering muncul saat batuan terlapukan atau terkena alterasi hidrotermal. Mineral tersebut seperti : klorit, epidot, serisit, limonit, montmorolonit dan lempung, kalsit

Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan ukuran butirnya :
Ukuran butir (mm)
Bntuk
butir
Nama
klastika
Nama endapan piroklastik
Belum terbatukan
Terbatukan

64
Membulat
Bom
Tepra bom
Aglomerat
Runcing
Blok
Tepra Blok
Breksi piroklastik
2

Lapilus
Tepra lapili
Batulapili

0,04


debu
Kasar
Debu kasar
Tuf kasar

Halus
Debu halus
Tuf halus


Klasifikasi Batuan Piroklastik

Material Piroklastik dapat dikelompokkan berdasarkan ukurannya sebagai berikut (Schmid, 1981 vide Fisher, 1984).

Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi


1. Bomb gunung api

Bomb adalah gumpalan –gumpalan lava yang mempunyaiukuran lebih besar dari 64 mm dan sebagian atau semuanya plastis pada waktu tererupsi. Beberapa bom mempunyai ukuran yang sangat besar sebagai contoh bom yang mempunyai diameter 5meter dengan berat 200 kg dengan hembusan setinggi 600 meter selama erupsi di gunung api Asama Jepang pada tahun 1935.

Bom ini dapat dibagi atas 3 macam:

· Bomb pita (ribbon bomb), yaitu bomb yang memanjang seperti suling dan sebagian besar bergelembung – gelembung memanjang dengan arah sama. Bomb ini sangat kental mempunyai bentuk menyudut serta retakan kulitnya tidak teratur.

· Bomb teras (cored bomb), yaitu bomb yang mempunyai inti dan material yang terkonsolidasi lebih dahulu, mungkin dari fragmen- fragmen sisa erupsi terdahulu pada gunung api yang sama.

· Bomb kerak roti (bread crust bomb), yaitu bomb yang bagian luarnya retak – retak persegi seperti nampak pada kulir roti yang mekar, hal ini disebabkan oleh bagian kulitnya cepat mendingin dan menyusut.

2. Block gunung api

Merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif daru fragmen batuan yang sudah memadat lebih dahulu dengan ukuranlebih besar dari 64 mm. Block – block ini selalu menyudut bentuknya atau eguidimensional.

3. Lapilli

Berasal dari bahasa Latin yaitu lapillus, nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api yang berukuran 2 mm – 64 mm. Selain dari fragmen batuan kadang – kadang terdiri dari mineral – mineral augit, olivin dan plagioklas.Bentuk khusus lapili yang terdiri dari jatuhan lava diinjeksi dalam keadaan sangat cair, dan membeku di udara, mempunyai bentuk membola atau memanjang dan berakhir dengan meruncing.

4. Debu gunung api

Adalah batuan piroklastik yang berukuran 2 mm – 1/256 mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat eksplosif, namun ada juga debu gunung api yang terjadi karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih dalam keadaan belum terkonsolidasi.

Endapan Piroklastik yang Terkonsolidasi

Merupakan akibat litifikasi endapan piroklastik jatuhan :

1. Breksi piroklasik (pyroklastic breccia )

Adalah batuan–batuan yang disusun oleh block-block gunung api yang mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih 50 % serta mengandung lebih kurang 25 % lapilli dan debu.

2. Aglomerat (agglomerate)

Adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material–material dengan kandungannya didominasi oleh bomb gunung api dimana kandungan lapilli dan abu kurang dari 25 %.

3. Batu Lapilli (lapilli stone)

Adalah batuan yang dominan terdiri dari fragmen lapilli dengan ukuran 2 – 64 mm.

4. Tuff

Adalah endapan dari gunung api yang telah mengalami konsolidasi, dengan kandungan abu mencapai 75 %.

Macamnya :

- Tuff lapilli (lapilli tuff)

- Tuff aglomerat (agglomerate tuff)

- Tuff breksi pirojklastik (pyroclastic breccia tuff)

Batuan Akibat Lithifikasi Endapan Piroklastik Aliran :

1. Ignimbrit (ignimbrite)

Adalah batuan yang disusun dari endapan material oleh aliran abu. Material material ini didominasi terdiri dari pecahan – pecahan gelas dan pumice yang dihasilkan oleh buih – buih magma asam.

2 Breksi aliran piroklastik (pyroclastic flow breccia)

Adalah breksi yang dominan yang disusun oleh fragmen – fragmen yang runcing serta ditransportasi oleh glowing avanches (akibat aliran lava panas).

3. Vitrik tuff

Adalah batuan yang dihasilkan oleh endapan piroklastik aliran, terdiri dari fragmen abu dan lapilli, telah mengalami lithifikasi dan belum terlaskan.

4. Welded tuff

Adalah batuan piroklastik hasil dari piroklastik aliran yang telah dilithifikasikan dan merupakan bagian ignimbrit (istilah ini umum dipakai di AS dan Australia).

Beberapa Mekanisme Pembentukan Endapan Piroklastik :

a) Endapan Piroklastik Jatuhan (pyroclastik fall)

Yaitu onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara. Endapan ini umumnya akan berlapis, dan pada lapisannya akan memperlihatkan struktur butiran bersusun. Endapan ini meliputi aglomerat, breksi, piroklastik, tuff, lapilli.

b) Endapan piroklastik aliran (pyroclastic flow)

Yaitu material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggokkan disuatu tempat. Hal ini meliputi hot avalance, lava collapase avalance, hot ash avalance. Aliran ini umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 5000C - 6500C, dan temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi sebab – sebab sifat – sifat endapan tersebut adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian bawa menampakkan morfologi asal dan bagian atasnya datar.

c) Endapan piroklastik Surge (pyroclastic surge)

Yaitu suatu awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara turbelen di atas permukaan. Umumnya mempunyai struktur pengendapan primer seperti laminasi dan berlapis bergelombang hingga planar. Yang khas pada endapan ini adalah struktur silang siur, melensa dan bersudut kecil. Endapan surge umumnya kaya akan keraten batuan dan Kristal.

Kesetaraan penamaan batuan piroklastik, vulkanik epiklastik dan sedimen :
Ukuran butir (mm)
Batuan piroklastik
Batuan sedimen vulkanik epiklastik
Batuan sedimen bercampur dengan piroklastik


64
2

0,06

0,004
AGLOMERAT atau BREKSI PIROKLASTIK
BREKSI VOLKANIK atau KONGLOMERAT VOLKANIK
BREKSI TUFAN atau KONGLOMERAT TUFAN
BATULAPILI
TUF
BATUPASIR VOLKANIK
BATU PASIR TUFAN
BATULANAU VOLKANIK
BATULANAU TUFAN
BATULEMPUNG VOLKANIK
BATULEMPUNG TUFAN

Jumat, 27 Februari 2015

Interpretasi Stratigrafi Seismik

Pendahuluan

Stratigrafi seismik adalah penafsiran stratigrafi dari data seismik, untuk mempelajari pola pengendapan sedimen (Vail & Mitchum, 1977). Dalam hal ini, konsep geologi, dapat diterapkan secara langsung pada visualisasi data refleksi seismik, karena refleksi seismik terjadi akibat adanya perbedaan impendansi akustik dari permukaan batuan, yang merupakan permukaan lapisan dan atau bidang ketidakselarasan (bidang diskontinuitas).

Bidang permukaan lapisan tersebut mewakili suatu ruang waktu minimal atau suatu hiatus kecil, sehingga untuk keperluan praktis dapat dianggap sebagai permukaan waktu/ isokron. Dalam hal ini horison seismik dianggap pula sebagai bidang permukaan lapisan, dengan demikian penarikan horison seismik pada penampang seismik adalah merupakan bidang kesamaan waktu. (Koesoemadinata, 1996).

Interpretasi stratigrafi seismik dilakukan dengan mengelompokan refleksi-refleksi seismik. menjadi paket-paket (unit) yang berhubungan secara kronostratigrafi.

Prosedur interpretasi stratigrafi seismik menurut Brown (1994) meliputi

1. Analisa sikuen seismik,

2. Analisa fasies seismik,

3. Analisa karakter refleksi dan

4. Interpretasi geologi.

Karakter unit dari rekaman seismik refleksi memungkinkan dilakukannya penerapan langsung konsep geologi berdasarkan kenampakan fisik stratigrafi dari rekaman tersebut. Refleksi primer gelombang seismik terjadi akibat perbedaan impendansi akustik (kecepatan gelombang x densitas) dari permukaan batuan dan atau bidang diskontinuitas/ ketidakselarasan. Karena semua lapisan batuan yang terletak di atas suatu lapisan atau bidang keselarasan berumur lebih muda daripada yang terletak di bawahnya, maka penampang seismik merupakan rekaman kronostratigrafi dari pola struktur dan pola pengendapan, dan bukan merupakan rekaman litostratigrafi.

Tipe hubungan antara refleksi refleksi seismik dengan garis-garis waktu geologi yang diidentifikasi pada suatu penampang seismik, yi:

Refleksi - refleksi seismik yang mengikuti garis-garis waktu geologi yang selaras dan dapat menjadi plus atau minus dari setengah panjang gelombang. (Peak & Trough)
Diskontinuiti-diskontinuiti dari refleksi seismik, seperti: ketidakselarasan dan permukaan down-lap yang umumnya mengikuti batas-batas waktu geologi.
Refleksi - refleksi seismik yang kurang baik kenampakannya yang disebabkan oleh fluid interface dan adanya pergantian diagenesa tertentu yang juga mengikuti permukaan-permukaan diachronus terhadap waktu geologi.

Refleksi-refleksi seismik, terutama dihasilkan oleh permukaan-permukaan lapisan dan batas bawah suatu lapisan seperti ketidak selarasan dan permukaan down-lap, cara mengamati dengan mencocokan kontras velocity-density yang disebabkan oleh refleksi - refleksi yang saling berhubungan.

Lamanya hiatus berhubungan dengan suatu batas bawah suatu lapisan yang dapat berubah-ubah, sedangkan batas bawah suatu lapisan tersebut merupakan batas waktu geologi karena memisahkan batuan-batuan yang berbeda umur geologinya dan tidak tumpang susun dengan permukaan-permukaan kronostratigarfi lainnya.

Analisa Sikuen Seismik.

Sikuen seismik adalah sikuen pengendapan yang diidentifikasikan dari penampang refleksi seismik. ini merupakan urutan yang relatif selaras dari refleksi seismik yang secara genetik berhubungan. Urutan ini dibatasi di bagian atas dan bawahnya oleh bidang ketidakselarasan atau korelasi bidang selarasnya (Mitchum dkk, 1977)

Tujuan dari analisa sikuen seismik adalah untuk menginterpretasikan sikuen-sikuen pengendapan dan sistim track pada penampang seismik, dengan cara mengidentifikasikan batas bawah suatu lapisan berdasarkan tanda-tanda dari terminasi pola refleksi.

Permukaan yang dipilih untuk menentukan batas sikuen adalah stratal discontinuity yang diperlihatkan dari terminasi pola refleksi seismik (Possamentier & Allen, 1999).

Kriteria utama untuk pengenalan batas sikuen dari data refleksi seismik adalah terminasi pola refleksi. Batas-batas sikuen dicirikan oleh regional on-lap dan truncation. Kontras impedansi akustik antara lapisan di atas dan di bawah suatu permukaan kronostratigrafi akan mempengaruhi ekspresi refleksi seismik. Ada dua bentuk pola terminasi refleksi, yi:

Yang terdapat di atas bidang ketidakselarasan berupa on-lap dan down-lap, dan
Yang terdapat di bawah bidang ketidak selarasan yi: truncation, top-lap dan appearent truncation.
Dari bidang perlapisan dan batas sikuen pengendapan, hubungan konkordan dan diskordannya dapat diketahui. Hubungan konkordan dapat dilihat pada batas atas dan bawah sikuen. Hubungan diskordan merupakan kriteria utama untuk menentukan batas sikuen.

Gambar.IV-1. Terminasi reflector seismik (modifikasi Allen, 1999)

Pembagian jenis diskordansi didasarkan pada pembagian terminasi lapisan terhadap batas sikuen menurut Mitchum dkk, (1977), Allen (1999) adalah sbb 
  1. Lap-out adalah terminasi (pemberhentian terakhir) secara lateral, lapisan pada batas pengendapan aslinya.
  2. Truncation : terminasi lateral lapisan, akibat terpotong dari batas pengendapan aslinya.
  3. Base-lap adalah istilah hubungan base dengan lapisan di atasnya dalam bentuk menyudut (diskordan), atau base-lap adalah lapisan dasar/ penyangga pada batas, bagian bawah suatu urutan pengendapan.
  4. Umum digunakan apabila on-lap tidak dapat dibedakan dengan down-lap, terutama disebabkan oleh deformasi setelah pengedapan.
  5. On-lap adalah terminasi pola perlapisan, yang lebih muda ke atas kemiringan, pada pola perlapisan yang lebih tua, yang kedudukan mulanya miring.
  6. Onlap biasanya terlihat pd base dari depositional sequence dan menunjukan adanya suatu SB
  7. Marine on-lap adalah terminasi progresif strata marine pada strata miring lebih tua dengan arah ke daratan atau kesuatu tinggian topografi di dalam cekungan
  8. Coastal on-lap adalah terminasi progresif endapan pantai (litoral atau non marine) ke arah daratan.
  9. Down-lap adalah baselap dimana lapisan yang awalnya miring terminated downdip pada bidang yang awalnya horisontal atau miring. Downlap adalah terminasi strata lebih muda yang kedudukan mula miring ke bawah kemiringan di atas strata yang lebih tua. Downlap terjadi pada alas suatu depositional sequence di dalam cekungan dan di atas maximum flooding surface, dan karena itu masing-masing menunjukan adanya suatu sequnce boundary atau maximum flooding surface.
  10. Proximal on-lap adalah on-lap pada arah sumber sedimen dan distal down-lap adalah down-lap pada arah yang berlawanan dari sumber sedimen, umumnya merupakan indikasi permulaan dan akhir lateral pengendapan lapisan sedimen.
  11. Top-lap adalah terminasi strata lebih tua yang kedudukan mula miring keatas kemiringannya diatas strata lebih muda yang menutupinya, yang biasanya terjadi akibat by passing (pengangkutan sedimen yang melalui daerah non deposisi) sedimen. Top-lap biasanya terjadi pada top suatu depositional sequence dan menunjukan adanya suatu batas sikuen (SB)
  12. Erosional truncation adalah top terminasi strata diskordan (menyudut) yang lebih tua pada strata lebih muda akibat erosi. Biasanya dijumpai pada top depositional sequences dan menunjukan adanya suatu batas sikuen (SB)
  13. Off-lap adalah suatu hubungan top - diskordan dimana lapisan yang lebih tua menujukan terminasi terhadap lapisan yang lebih muda. Toplap dan erosional truncation adalah dua contoh bentuk off-lap. Dengan kata lain off-lap merupakan kebalikan dari on-lap

Konfigurasi Internal dan Karakteristik Fasies Seismik

Mitchum dkk, (1977) menguraikan macam konfigurasi internal fasies seismik sbb:
  1. Konfigurasi parallel (P) dan subparallel (Sp), ini menunjukan kecepatan pengendapan yang konstan pada suatu basin plain yang stabil
  2. Konfigurasi divergent (D), dicirikan bentuk wedge berupa penebalan scr lateral, hal ini disebabkan oleh penebalan dari pola refleksi seismik itu sendiri , dan bukan karena onlap, toplap atau erosi.
  3. Konfigurasi progradasi, ini dapat berupa sigmoid (S), obliq (Ob), complex (SO), shingled (Sh), hummocky (HC) dan terbentuk akibat pengendapan yang progressif secara lateral dari bidang pengendapan yang miring, sering disebut clinoform. Ini merefleksikan pengendapan karena energi rendah. Pada konfigurasi sigmoid, segmen sikuen bagian atas dan bawahnya hampir horisontal dengan batas atas konkordan dan batas bawah downlap, sedang bagian tengah relatif lebih tebal dan kemiringan lebih besar (< 10). Pada konfigurasi oblique, bagian atas sikuen adalah toplap atau hampir rata, bag bawah adalah downlap dan kemiringan segmen bagian tengah 100. Konfigurasi shingled mencerminkan progradasi fasies pada lingkungan air dangkal. Konfigurasi chaotic diakibatkan oleh sistim pengendapan dengan energi tinggi, dapat memperlihatkan adanya slump structures, lipatan atau sesar.

Gambar-2. Beberapa konfigurasi dan pola refleksi seismik (Mitchum dkk, 1977)

Dalam menginterpretasi penampang seismik terdapat empat dasar dari fasies berdasarkan perbedaan dari konfigurasi refleksi, yi (Gambar-2):
  1. Parallel dan divergen: shelf/platform, delta/platform, delta front/delta plain, alluvial plain/distal fan delta dan basinal plain.
  2. Progadational: slope yang berasosiasi dengan prograding shelf/ platform, prodelta berasosiasi dengan prograding shelf delta atau shelf margin delta, slope yang berasosiasi dengan prograding shelf yang disuplai oleh shelf delta/ fan delta.
  3. Mounded dan draped: reef, volcanoes, diapirs, submarine canyon dan lower slope mengindikasikan endapan turbidit, dan hemipelagik klastik.
  4. Onlap dan fill: fasies-fasies onlap coastal, continental rise slope, dan endpn submarine cayon fill.

Kenampakan yang dipakai dalam analisis stratigrafi seismik adalah:

- Terminasi seismik: onlap, downlap, toplap, erosional truncation.

- Karakter reflektor seismik spt: kontinuitas, flat, dipping, clinoform

Dengan melakukan analisis stratigrafi seismik tersebut memungkinkan diprediksi penyebaran batuan yang ada di bawah permukaan secara lebih rinci. Dalam stratigrafi seismik, suatu paket batuan dapat di bagi-bagi menjadi sikuen pengendapan dan di dalam setiap sikuen pengendapan dapat dibagi-bagi lagi menjadi lapisan-lapisan.

Cara terbaik untuk mengidentifikasi geometri-geometri dari pola refleksi tsb adalah dengan mencari reflektor-reflektor pada arah kemiringan (dip-line) dip dengan kemiringan sudut yang besar baik di atas maupun di bawah bidang lapisan. Secara umum reflektor-reflektor ini akan mengindikasikan kemiringan pengendapan. Pola ini disebut offlap.

Pola-pola refleksi seismik yang sudah diidentifikasi di daerah endapan laut dalam antara lain: offlap, submarine onlap, submarine mounds, channel/overbank complexes, slump, slope-front fill, climbing toplap, dan drape. Pola offlap dapat digunakan untuk menginterprtasikan kedalaman-kedalaman paleobathymetri, yi: dengan menganalisa ketinggian dari prograding clinoform. Pola onlap membantu untuk menginterprtasikan topografi bawah laut. Pola-pola mounded, channel/overbank complexs dan slump mengidentifikasikan endapan-endapan lowstand. Coastal onlap adalah naiknya mukalaut yang pada penampang seismik ditunjukan pola reflektor seismik onlap.

Komponen horisontal dan vertikal dari coastal onlap diidentifikasikan sebagai coastal encroachment dan coastal aggradation. Coastal aggradation dapat digunakan untuk mengestimasikan besar naiknya mukalaut. Pada saat naiknya muka laut dapat terjadi fase transgresi dan regressi, tetapi terminologi regresi dan pendangkalan tidak sinonim dengan turunnya muka laut relatif.