Saya dan teman saya merupakan mahasiswa dari salah satu kampus di Kota Balikpapan, namun keinginan untuk menjelajah pulau sulawesi muncul pada saat kami membaca beberapa referensi buku mengenai pulau Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan. Sehingga dari situlah kami mengambil waktu liburan untuk berangkat menuju Sulawesi Selatan, kami merupakan mahasiswa jurusan geologi tidak heran kami senang mengeksplorasi berbagai tempat yang memiliki objek-objek geologi yang unik seperti Sulawesi Selatan.
Hari pertama, pada hari pertama kami melakukan perjalanan menggunakan motor bebek jepang untuk menuju ke sebuah pantai di pinggiran Kota Makassar yang cukup terkenal yaitu Pantai Tanjung Bayam,
Pantai Tanjung Bayam
keindahan eksotis hamparan luas muka pantai menyambut kami saat tiba di pantai tersebut, dengan kemilau pasir pantai berwarna hitam dan air laut berwarna kecoklatan seperti susu di dukung dengan cuaca yang amat cerah pada saat itu menyegarkan mata kami akibat lelah dalam perjalanan. Di pantai ini tersedia berbagai wahana wisata air seperti : Speedboat, Banana Boat, Motorboat dan Kapal yang siap menemani kita untuk bermain air dengan pengalaman berbeda dari biasanya. Tanpa berlama-lama ditempat tersebut kami tancap gas menuju sebuah daerah di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Takalar, ditengah perjalanan kami ditemani dengan sajian pemandangan persawahan yang berwarna hijau keemasan terhampar luas menghiasi daerah tersebut tidak lupa pula batu-batu kerikil yang menambah tantangan kami dalam melakukan perjalanan tersebut. Hingga pada akhirnya kami sampai pada sebuah sungai yang indah dengan air jernih tanpa adanya sampah dalam sungai tersebut, keunikan sungai ini ada pada dasar sungai yang biasanya berupa endapan-endapan material pasir di sungai ini yang menjadi dasar sungai berupa batuan beku yang keras dan masif. Tidak berhenti disitu kami menyusuri persawahan untuk mencapai sebuah kaki gunung daerah tersebut untuk melihat batuan apa yang menyusun pegunungan di Takalar.
Takalar - Sulawesi Selatan
Hari kedua, perjalanan kali ini kami memiliki tujuan ketempat terkenal di Sulawesi Selatan yaitu deretan pegunungan karst (batu kapur) yang terbentuk akibat adanya proses tektonik jutaan tahun yang lalu,
Pegunungan karst Sulsel
menyebabkan area yang dahulunya merupakan laut ini berubah menjadi pegunungan yang menjulang tinggi di tanah Sulawesi yang menjadi pemandangan dan sumber mata pencaharian tersendiri bagi masyarakat sekitar. Kami menuju tempat yang bernama Bantimurung, banyak referensi buku maupun media massa mempublikasikan tempat ini karena keindahan tempat ini sangatlah layak diacungi ratusan jempol, hamparan batu gamping menghiasi perjalanan kami menuju Bantimurung, diiringi desiran angin yang menyejukkan keringat kami serta kembali dipertemukanya kami dengan hamparan persawahan yang menyejukkan mata, alangkah indahnya alamku ini.
Taman Nasional Bantimurung
Sesampainya kami di Bantimurung, kami membayar tiket masuk dengan hrga terjangkau, pemandangan air terjun terpampang jelas di depan mata kami derasnya air dengan hawa udara yang sejuk menyelimuti tubuh kami yang lelah dalam perjalanan menuju tempat ini.
Air terjun Bantimurung
Lelah yang kami dapatkan terbayar melihat pemandangan duniawi ini. Di sana kami menyusuri tebing-tebing menuju gua yang bernama “Gua Batu”, karena gelapnya tempat tersebut kami harus memakai senter agar bisa melihat stalagtit dan stalagmit gua yang terbentuk akibat adanya kucuran air tanah dari mata air dalam batu gamping tersebut. Setelah puas melihat stalagtit dan stalagmit itu kami menuju musium kupu-kupu yang memiliki berbagai jenis kupu-kupu dari belahan nusantara Indonesia Tempat ini mnyediakan berbagai wahana seperti : Flying fox, Arum jeram Mini, serta berbagai makanan yang disediakan beberapa pedagang disekitar tempat wisata tersebut.
Hari ketiga, dalam perjalanan ini kami menuju sebuah tempat prasejarah yang konon katanya tempat tersebut pernah ditempati oleh manusia gua sekitar 5000 tahun yang lalu, tidak jauh dari taman wisata Bantimurung tempat ini memiliki pemandangan indahnya sendiri yaitu batu-batu gamping yang mengalami proses pelapukan membentuk semacam candi-candi alami seakan-akan disusun dengan sengaja oleh manusia yang pada kenyataannya itu merupakan proses alam yang sangat menakjubkan dari batuan yang menjulang tinggi menjadi bongkahan-bongkahan batu yang sangat indah.
Salah satu mulut gua Leang-leang
Arsitektur alami ini patut kita jaga keberadaannya jangan sampai rusak oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab.Sesampainya di tempat tersebut kami dipandu oleh Guide yang mengetahui banyak hal tentang tempat tersebut dengan membayar tiket masuk yang sangat terjangkau untuk mahasiswa maupun umum. Guide tersebut menunjukkan kami jalan menuju sebuah Gua yang dahulu merupakan tempat tinggal manusia gua puluhan abad lalu, bukti yang menguatkan adanya cetakan tangan pada bibir gua serta beberapa ambar hewan-hewan yang pernah menjadi buruan manusia gua tersebut. Perjalanan kami diiringi dengan banyaknya hewan “kaki seribu” yang memiliki ukuran lebih besar daripada biasanya serta berwarna hitam.
Ulat ukuran Jumbo
Hari keempat, kami melakukan perjalanan ke arah utara dari Sulaesi Selatan melewati jalan poros makassar-maros. Beberapa referensi buku serta artikel juga menuntun kami pada sebuah tempat yang cukup menakjubkan, masih membahas tentang pegunungan karst Sulsel, tempat ini dijuluki sebagai “Hutan Batu”. Bentangan persawahan masih menemani kami dalam perjalanan yang tidak bosan memberikan kesejukan mata bagi kelelahan kami, cukup sulit untu menemukan tempat ini karena informasi yang kami dapatkan hanya sedikit. Setelah beberapa jam bertanya pada banyak narasumber akhirnya sampailah kami di dusun Ramang-ramang Kabupaten Maros ini,
Dusun Ramang-ramang - Sulawesi Selatan
terletak di pemukiman warga desa setempat dengan dikelilingi areal persawahan yang terlindungi dinding pegunungan karst yang sangat eksotis. Untuk melihat hutan batu tersebut kita harus menyewa kapal milik warga sekitar yang sengaja disewakan untuk para pendatang yang ingin melakukan perjalanan sungai di tengah hutan batu tersebut. Kamipun naik menggunakan perahu milik warga dan mengelilingi sungai yang tertutupi rangkaian batu karst yang telah mengalami pelapukan dengan bentuk-bentuk cukup unik menyerupai benda-benda tertentu seperti bentuk kapal ataupun candi. Ditengah perjalanan menyusuri sungai, kapal sewaan kami berjalan perlahan sembari menikmati pemandangan sebuah arsitek batuan mirip seperti sebuah ruangan yang dipahat oleh para ahli senima dunia karena sungai yang kami lewati ini merupakan sungai yang memotong sebuah batu besar akibat proses erosi selama ribuan tahun. Sejenak saya teringat pemandangan ini mirip di luar negeri entah dimana tempatnya. Di tengah perjalanan kami juga berhenti di tanah persawahan untuk naik diatas batu karst yang memiliki lubang-lubang dan apabila dipukul akan menghasilkan suara yang indah dan merdu dengan irama tertentu hal ini sangat menakjubkan.
Hamparan sawah - Dusun Ramang-ramang
Setelah berada di puncak mata saya tertegun melihat keindahan alam pegunungan karst yang mempesona dan sangat indah ini, harapan saya agar tempat yang luar biasa ini dapat terjaga kelestariannya untuk dinikmati oleh anak cucu kita nantinya
Hari kelima, perjalanan kali ini kami lanjutkan ke arah utara dari Sulawesi Selatan, referensi dari tempat ini cukup kurang sehingga kami hanya iseng mengunjungi daerah ini untuk melihat potensi wisata apa yang dapat dikembangkan oleh daerah ini.
Barru - Sulawesi Selatan
Daerah ini dekat dengan laut dan pantai mungkin hanya beberapa kilometer saja tidak seperti tempat sebelumnya yang dikelilingi bukit dan tebing yang tinggi, dengan menggunakan motor bebek kami menyusuri perjalanan yang sangat mengasyikkan ini, pemandangan sawah dan ladang perkebunan warga tak luput dari pandangan kami serta deretan pegunungan terlihat menghiasi roman permukaan bumi wilayah ini. Setelah perjalanan melelahkan sampailah kita di Kabupaten Barru yang memiliki wilayah cukup luas dengan penduduk yang belum terlalu padat hingga sekarang, ada hal unik yang saya temukan di daerah ini yaitu ada banyak budidaya ikan ditengah persawahan ini dengan menggunakan sebuah kincir air entah untuk apa kincir tersebut mungkin distribusi makanan atau mungkin saja untuk irigasi persawahan saja.
Hari keenam, kali ini kami menuju sedikit ke sebelah timur sulawesi selatan, merupakan tempat yang terkenal dengan kesejukannya serta pemandangan deretan pegunungan yang membentang di sepanjang perjalanan. Di sepanjang jalan kami bertemu dengan banyak truk-truk penambang batu sungai yang ternyata di ambil di sebuah hulu dari sebuah waduk raksasa yang sangat menakjubkan bernama waduk bili-bili, persawahan mengiringi perjalanan mengasyikkan kami. Sekitar 3 jam kami menempuh perjalanan dari Kota Makassar tibalah kami di sebuah daerah bernama Malino terletak di kabupaten Maros, dalam perjalanan hawa dingin sudah menyelimuti tempat indah ini, kami singgah di objek wisata pohon pinus yang memiliki bentangan deretan pepohonan pinus yang tinggi dan menakjubkan, tidak lupa kami mengabadikan tempat ini dalam sebuah foto digital.
Malino - Sulawesi Selatan
Hari ketujuh, Hari terakhr kami di Sulawesi selatan kami habiskan dengan berwisata kuliner di kota Makassar yang memiliki banyak koleksi kuliner nusantara. Suasana malam hari sangat indah diiringi lampu jalanan menghias perjalanan kami, kami mengunjungi pusat kota Makassar yaitu Anjungan Pantai Losari yang sudah sangat terkenal di nusantara. Santapan pertama kami adalah pisang Epe’, makanan ini terbuat dari pisang yang di bakar hingga beberapa menit lalu di gepengkan menggunakan sebuah alat dan setelah itu disiram menggunakan saus manis berbagai pilihan rasa ada durian, coklat, susu, dan gula merah. Setelah menghabiskan pisang epe’ tersebut kami berkunjung ke tempat rumah makan coto makassar yang terkenal akan kelezatannya, setelah sampai kami langsung memesan coto makassar tersebut dan hasilnya sangat sesuai dengan rumor yang beredar mengenai kelezatannya.Sebagai penutup kami pergi mencari Es Pisang Ijo yang banyak dikenal oleh masyarakat sulawesi selatan, makanan ini merupakan pisang matang yang diselimuti sebuah adonan berwarna hijau dan ditambahkan bubur sumsum serta disiram dengan air sirup gula merah. Dan itulah makanan penutup kami di hari terakhir di Sulawesi Selatan, lalu kami beristirahat untuk perjalanan pulang menuju balikpapan kesokan harinya
Anjungan Pantai Losari - Sulawesi Selatan
Singkat cerita begitulah petualangan saya bersama teman sekampus saya dalam menyusuri sulawesi selatan dan mencari berbagai keunikan dari tempat tersebut dalam perspektif berbeda dari kebanyakan orang. Semoga bermanfaat bagi semua pihak
TERIMA KASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar