Welcome to My Website

Sabtu, 24 Mei 2014

Tanah Longsor

Pengertian tanah longsor sebagai respon dari pada yang merupakan factor utama dalam proses geomorfologi akan terjadi di mana saja di atas permukaan bumi, terutama permukaan relief pegunungan yang berlereng terjal, maupun permukaan lereng bawah laut. Tanah longsor didefinisikan sebagai tanah longsor batuan atau tanah di atas lereng permukan kearah bawah lereng bumi disebabkan oleh gravitasi/gaya berat (Nelson, S, A., 2004). 

Didaerah yang beriklim tropis termasuk Indonesia, air hujan yang jatuh keatas permukaan tanah memicu gerakan material yang ada diatas permukaan lereng. Material berupa tanah atau campuran tanah dan rombakan batuan akan bergerak kearah bawah lereng dengan cara air meresap kedalam celah pori batuan atau tanah, sehingga menambah beban material permukaan lereng dan menekan material tanah dan bongkah-bongkah perombakan batuan, selanjutnya memicu lepas dan bergeraknya material bersama-sama dengan air (Karnawaty, D., 2005).

-Klasifikasi Tanah Longsor 

Tanah longsor yang disesuakan dengan dasar klasifikasi yang dipergunakan masing-masing ahli, berikut ini dijelaskan nama-nama klas gerakan tanah yang umum dipakai (Ritter, 1986):

Tanah Longsor tipe jatuhan(‘falls’) 

Tanah longsor tipe ini, material batuan atau tanah atau campuran keua-duanya bergerak dengan cara jatuh bebas karena gaya beratnya sendiri. Proses tanah longsor semacam ini umumnya terjadi pada lereng terjal , bisa dalam bentuk bongkah individual batuan berukuran besar atau dalam bentuk guguran fragmen bongkah bercampur dengan bongkah-bongkah yang berukuran lebih kecil.

Tanah Longsor tipe robohan (‘Toples’) 

Gerakan massa tipe robohan hampir serupa dengan tanah longsor tipe falls, pada tipe topples ini gerkannya dimulai dengan bagian paling atas dari bongkah lepas dari batuan dari batuan induknya karena adanya cela retakan pemisah, bongkah terdorong kedepan hingga tidak dapat menahan bebannya sendiri.

Tanah longsor tipe gelincir(‘slides’) 

Tanah longsor tipe gelincir adalah tanah longsor bantaun atau tanah atau campuran keduanya yang bergerak melalui bidang gelincir tertentu yang bertindak sebagai bidang diskontinuitas, berupa bidang perlapisan batuan atau bidang sesar /patahan, bidang kekar, bidang batas pelapukan. Jika bidang-bidang diskontinuitas tersebut sejajar dengan bidang perlapisan, maka semakin besar peluang terjadinya tanah longsor.

Tanah Longsor Tipe Aliran (‘Flows’) 

Tanah longsor tipe aliran adalah tanah longsor tanah atau tanah bercampur dengan bongkah-bongkah batuan bergerak pada saluran tertentu yang disebabkan massa tanah yang kehilangan daya rekatnya karena penjenuhan oleh air meresap kedalam tanah sangat banyak karena intensitas hujan yang sangat tinggi dan lama atau pencairan gletser didaerah yang beriklim dingin.

Tanah Longsor Tipe Rayapan 


Gerakan tipe tanah rayapan (‘creep’) adalah tanah longsor yang bergerak sangat lambat, gerakanya tidak spontan (tidak mendadak), gerakan ini hanya dikatahui dari retakan pada agungan permanen, tiang listrik pohon-pohon miring condong kearah bawah lereng.



Longsoran tanah tipe aliran cepat (rapid flowage) terdiri dari :

  • Aliran lumpur (Mudflow) : perpindahan dari material lempung dan lanau yang jenuh air pada teras yang berlereng landai.
  • Aliran masa tanah dan batuan (Earthflow): perpindahan secara cepat dari material debris batuan yang jenuh air.
  • Aliran campuran masa tanah dan batuan (Debris avalanche): suatu aliran yang meluncur dari debris batuan pada celah yang sempit dan berlereng terjal.
Longsoran tanah tipe luncuran (landslides) terdiri dari :
  • Nendatan (Slump): luncuran kebawah dari satu atau beberapa bagian debris batuan, umumnya membentuk gerakan rotasional.
  • Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide): luncuran yang sangat cepat ke arah kaki lereng dari material tanah yang tidak terkonsolidasi (debris) dan hasil luncuran ini ditandai oleh suatu bidang rotasi pada bagian belakang bidang luncurnya.
  • Gerakan jatuh bebas dari campuran masa tanah dan batuan (Debris fall): adalah luncuran material debris tanah secara vertikal akibat gravitasi.
  • Luncuran masa batuan (Rock slide): luncuran dari masa batuan melalui bidang perlapisan, joint (kekar), atau permukaan patahan/sesar.
  • Gerakan jatuh bebas masa batuan (Rock fall): adalah luncuran jatuh bebas dari blok batuan pada lereng-lereng yang sangat terjal.
  • Amblesan (Subsidence): penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh pemadatan dan isostasi/gravitasi.


-Faktor-faktor Penyebab dan Pemicu Tanah Longsor 
Selain dari pada factor gaya gravitasi sendiri, tanah longsor material batuan atau tanah yang terletak di atas lereng dipengaruhi oleh factor antara lain :

1. Kemiringan lereng; semakin besar sudut lereng semakin besar pula daya dorong disebabkan meningkatnya tegangan geser (shearing stress) berbanding terbalik dengan tegangan normal (normal strength) berupa kekuatan penahan.

2. Litologi ; tergantung mudah/tidaknya batuan mengalami pelapukan, besar/kecilnya porositas atau permeability, semakin mudah batuan melapuk semakin mengurangi kohesi dan kekuatan batuan penyusun kondisi stratigrafi batuan, terutama jika lapisan batuan keras berselang seling dengan lapisan batuan lunak, maka batuan yang lunak dapat menjadi factor penyebab tanah longsor.

3. Struktur geologi dan batuan; Zona sesar merupakan zona batuan yang mengalami penghancuran disebabkan pergeseran bolak-blok batuan pada bidang patahan, pada sona sesar tersebut daya tahan menjadi lemah, sehingga lebih mudah mengalami proses pelapukan, erosi dan tanah longsor. Bidang permukaan sesar, lapisan batuan, kekar, retakan, zona bidang batas soil dan batuan dasar, kontak batuan merupakan biadang diskontinuitas, dapat menjadi bidang gelincir apaila arah kemiringanya searah dengan kemiringan lereng.

4. Kandungan air pori; tinggi rendahnya permukaan air tanah (water table), terhadap bidang diskontinuitas dan permukaan lereng juga merupakan salah satu factor pendorong terjadinya gesekan massa.

Beberapa macam kondisi yang dapat memicu terjadinya proses tanah longsor, antara lain:

1. Infiltrasi air kedalam lereng

Di Negara-negara yang beriklim tropis dengan intensitas hujan tinggi pada musim hujan, dan pada daerah yang memiliki batuan yang mudah menyerap dan meloloskan air kedalam batuan atau tanah menyebabkan pula daya dorong air terhadap material permukaan lereng, yang bias menjadi pemicu terjadinya tanah longsor berskala besar.

2. Pembebanan lereng

Di daerah-daerah padat penduduk, lahan yang berada diatas lereng menjadi target untuk dijadikan tempat tinggal, menyebabkan perubahan maksimal aliran run off dan aliran air bawah tanah, dan menambah berat beban permukaan lereng, juga dapat memicu terjadinya tanah longsor.

1. Perubahan fisik lereng

Penggalian untuk pembuatan dan pelebaran jalan, penggalian bahan bangunan, penggundulan, pemabakaran hutan, getaran mesin industry dan mesin angkutan, akan merubah struktur batuan dan tanah, hal ini juga dapat menjadi pemicu terjadinya tanah longsor.


2. Getaran gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsoran glister, tsunami juga dapat menjadi factor pemicu terjadinya tanah longsor . tetapi paktor utama terjadinya tanah longsor adalah gaya berat.

Resiko Longsor

Pada kondisi lereng yang stabil massa lapisan tanah atas mampu ditahan oleh kohesi antar partikel tanah topsoil, adhesi lapisan topsoil dan bedrock. Jika terdapat vegetasi pada lapisan tanah atas, akar-akar vegetasi yang ada juga mampu menahan gayagravitasional oleh massa tanah akibat terdapat slope atau kemiringan.

Sementara itu, pada lereng yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, stabilitas dapat diperoleh dengan membangun turap, lining, retaining wall, dan sebagainya. Namun tanpa sadar seringkali manusia melakukan kesalahan dengan merubah kondisi asal lereng, dengan menambah massa pada lapisan topsoil, seperti mendirikan bangunan-bangunan maupun merubah vegetasi asli. Atau dengan kata lain, merubah fungsi lahan tanpa melakukan treatment yang dapat mengantisipasi perubahan kondisi lereng tersebut, sehingga menjadi tidak stabil.

Lapisan topsoil atau seringkali disebut sebagai disturbed soil merupakan tanah campuran yang terdiri dari endapan, bahan organic ataupun hasil pelapukan lapisan dibawahnya, sehingga kondisinya heterogen. Vegetasi yang tumbuh di atas lapisan tanah ini, juga membuat pori-pori tanah menjadi besar. Tanah permukaan biasanya ditemui dalam kondisi loose atau berbutir tanpa ikatan antar butir tanah yang kuat. Sehingga, pada saat terjadi hujan dengan durasi pendek, tanah dengan pori-pori besar mampu menyerap air dengan sangat baik. Namun, jika hujan terjadi dengan intensitas yang tinggi dangan durasi yang lama, maka tanah menjadi jenuh air, sehingga kohesi antar butir tanah menjadi semakin kecil.


Selain itu, nilai kohesi tanah juga turun dan tanah yang telah jenuh dengan air tidak mampu lagi menyerap air hujan. Sehingga, air hujan akan berubah menjadi limpasan atau aliran permukaan. Pada lereng yang curam, air yang melimpas tersebut memiliki gaya yang cukup untuk mengangkut butir-butir tanah atau sering disebut erosi. Ditambah lagi, apabila lapisan tanah ini terletak pada lapisan batuan yang sejajar dengan bidang gelincir, maka kemungkinan terjadi longsor menjadi semakin besar.

Jenis tanah juga memiliki pengaruh besar, karena tiap jenis tanah memiliki sudut gelincir yang berbeda. Sudut gelincir ini menentukan besarnya sudut maksimum yang mampu dibuat oleh suatu jenis tanah yang masih dapat dikatakan stabil. Selain itu, faktor penggunaan lahan juga memiliki peran terkait dengan stabilitas lereng. Makin cepat laju perubahana fungsi lahan dan pembukaan hutan, resiko longsor yang ditimbulkan semakin besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar